Rabu, 13 Juni 2012

cerita tentang arti kata "menunggu


Menunggu adalah hal yang paling menyebalkan dalam hidup. Kurasa semua orang merasakan itu. Membenci kata waiting, menanti, menunggu, apapun itu. Sore ini pun aku dalam keadaan menanti.
Aku heran! Aku heran mengapa hampir semua orang tidak menyukai aktifitas “menunggu”.
Perlahan kutelusuri. Ku cari-cari penyebabnya. Kenapa kita tidak suka menunggu. Aku tanya pada diriku sendiri. Dan hatiku menjawab, “menunggu menjadi hal yang sangat membosankan dan tidak disukai hanya karena aktifitas itu menuntut hal yang paling berat dalam hidup, yaitu kesabaran.”
Ya, hanya kesabaran. Sabar dalam menahan lapar dan haus. Sabar dalam menanti pembeli. Sabar dalam menunggu kabar. Sabar dalam menanti apapun yang telah ditakdirkan tuhan nanti. Sabar memang susah!
Barusan, aku menghubungi teman yang ternyata sedang berada di Rumah Sakit. Dia sedang dituntut untuk sabar menunggu waktu antrian masuk ruang periksa.
1 jam yang lalu saya membeli roti di indomaret. Dan lagi-lagi saya dituntut untuk sabar menunggu antrian untuk membayar barang yang saya beli.
Ibuku duduk manis di kursi teras. Sejak satu jam yang lalu berdandan rapi. Dia telah siap untuk pergi bersama ayahku. Tapi kali ini dia dituntut untuk sabar menunggu ayahku yang masih mandi dan bersiap.
Image
Semalam rumah tetanggaku kebobolan maling. Mereka sekeluarga sedang berlibur ke luar kota. Rumah ditinggal sendirian tanpa penghuni. Akhirnya maling pun bebas berkelana didalam.
Sore ini aku ingin belajar dari sang pencuri. Bukan belajar cara mencuri, tapi aku ingin belajar cara menanti. Pencuri pun dituntut untuk sabar dalam menanti rumah sasaran ditinggal kosong oleh penghuninya. Tapi apa yang dia lakukan saat proses penantian itu?
Proses penantian itu adalah kunci sukses bagi si pencuri. Saat rumah sasaran masih ada penghuninya, dia bersabar menunggu. Menunggu sambil kerja. Dia dengan seksama mengamati seluruh sudut rumah. Mengintip. Mencari celah. Mempelajari bentuk bangunan. Dan segala persiapan untuk hari besar yang dia tunggu, yaitu “rumah kosong”.
Tanpa ada proses menanti rumah kosong, si pencuri tidak mungkin siap mencuri dimalam itu. Tanpa persiapan, tanpa tau lokasi strategis, tanpa persiapan waktu dan sebagainya.
Oleh karena itu, sore ini aku ingin belajar pada sang pencuri itu.
Dari semua kasus diatas, aku melihat bahwa kata “menanti” punya dua wajah. Penantian positif dan penantian negatif (vakum/berdiam diri).
Kita sangat membenci kata “menunggu” karena kita tak bisa memanfaatkan waktu luang yang mahal itu.
Seorang Motivator besar yang super sibuk bernama Dr. Ibrahim El-fiky dapat meluangkan waktu untuk menulis bukunya hanya dengan memanfaatkan waktu saat menunggu pesawat yang delay. Baginya, kata menunggu sangat bermanfaat dalam hidupnya. Karena dia dapat melakukan banyak hal saat dia menunggu.
Seorang Pejabat Iran misalnya. Beliau dalam kesibukannya dapat menghafal Al-Qur’an. Hanya dengan memanfaatkan waktunya ketika beliau perjalanan dari rumahnya menuju kantornya. Saat itu, dia menunggu perjalanan ini sampai ke tujuannya. Baginya, waktu menunggu ini sangat berarti karena dengannya dia bisa menghafal Al-Qur’an.
Intinya, kita membenci kata “menunggu” hanya karena kita tak bisa memanfaatkan waktu mahal itu. Dalam sebuah hadis disebutkan, “Sebaik-baik amal adalah menanti kemunculan Al-Mahdi (al-faraj)
Lagi-lagi kita disuruh menanti. Hal yang paling membosankan.
Ternyata, yang dimaksud oleh hadist itu bukanlah menanti dengan duduk manis tanpa melakukan sesuatu. Menanti yang dimaksud dalam hadis ini adalah penantian seperti maling diatas. Menanti untuk bersiap-siap. Sehingga ketika Imam muncul, kita telah siap untuk menyambut beliau.
Oleh karenanya, hargai waktu menunggu kita.
Menunggu bukan lagi membosankan. Tapi hari ini kita selalu mencari waktu menunggu untuk siap ketika hal yang kita nanti telah datang!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar